KATA
PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang
pantas penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang karena bimbingan-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul "
Analisa Logam Berat Cu dan
Zn pada Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bandung ". Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah
Penyehatan Makanan dan Minuman.
Penulis ucapkan terima
kasih kepada pihak terkait yang telah membantu penulis dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa
masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu
penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih dan semoga
makalah ini dapat memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.
Makassar, Mei 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anak usia
sekolah adalah investasi
bangsa karena mereka
adalah generasi penerus bangsa. Kualitas
bangsa di masa
depan ditentukan dari
kualitas anak-anak saat ini.
Upaya peningkatan
kualitas sumber daya
manusia harus
dilakukan sejak dini,
sistematis dan
berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya
anak usia sekolah
yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas
dan kuantiĆtas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut
pemberian nutrisi atau
asupan makanan pada
anak tidak selalu
dapat dilaksanakan dengan sempurna (Cahyadi, 2009).
Masalah yang
sering kali muncul
adalah pemberian makanan
yang tidak memenuhi kebutuhan gizi
maupun tidak memerhatikan
higienitas makanan tersebut.
Masalah ini dapat berakibat buruk,
seperti gangguan sistem
tubuh anak serta
dapat menyebabkan penurunan kualitas daya
pikir dalam jangka
panjang. Seringkali, hal tersebut
luput dari perhatian
orang dewasa, baik akibat ketidaktahuan maupun ketidakpedulian. Saat
ini, anak-anak lebih banyak mengkonsumsi
makanan yang sebenarnya
tidak layak dikonsumsi,
seperti jajanan di lingkungannya. Perilaku
anak sekolah yang
lebih sering mengkonsumsi
jajanan daripada makanan yang dibuat
di rumah disebabkan oleh kegiatan anak sekolah saat ini yang lebih banyak
menghabiskan waktunya di luar rumah, terutama di sekolah, dibandingkan di
rumah. Jajanan yang dijual oleh pedagang
kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut FAO
didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh
pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang
langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut.
Jajanan yang dikonsumsi anak-anak, terutama di Indonesia mengandung zat-zat
yang berbahaya untuk dikonsumsi karena dapat
menimbulkan penyakit. Zat-zat
berbahaya ini terdapat
pada makanan karena
terjadi kontaminasi. Kontaminasi pada makanan disebabkan oleh banyak hal,
seperti penanganan yang tidak tepat saat
produksi, penyimpanan, penyediaan
dan penyajian makanan
tersebut. Zat kontaminan yang
dapat mencemari makanan
salah satunya adalah
unsur logam berat (Februhartanty). Logam berat
umumnya bersifat racun
terhadap makhluk hidup,
walaupun beberapa diantaranya
diperlukan dalam jumlah kecil. Logam dapat terdistribusi ke bagian tubuh
manusia dan sebagian akan terakumulasikan. Jika keadaan ini berlangsung terus
menerus, dalam jangka waktu lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan
kesehatan manusia (Supriyanto, 2007).
Beberapa logam
berat digunakan dalam
berbagai keperluan sehari-hari
dan secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemari
lingkungan dan apabila
sudah melebihi batas
yang ditentukan berbahaya bagi kehidupan. Selain dari air dan tanah yang
terkontaminasi buangan industri,
kontaminasi logam pada
makanan juga dapat
terjadi akibat kontaminasi
saat proses pengolahan ataupun
penyajian. Seperti pencemaran akibat terkena udara kendaraan bermotor di
pinggir jalan pada makanan atau jajanan. Logam Cu dan Zn adalah jenis logam
yang dibutuhkan oleh tubuh (Supriyanto, 2007). Oleh karena
itu, logam-logam ini
diperlukan tubuh dalam
jumlah tertentu. Namun,
apabila manusia mengkonsumsi makanan
dengan konsentrasi Cu dan
Zn yang berlebih
maka dapat menimbulkan penyakit.
Tingginya konsentrasi Cu dan
Zn dalam
makanan dapat terjadi dikarenakan adanya kontaminasi dari
lingkungan. Makanan yang dijajakan oleh penjual jajanan umumnya tidak
dipersiapkan secara baik dan bersih. Kebanyakan penjual jajanan mempunyai
pengetahuan yang rendah
tentang penanganan pangan
yang aman, mereka
juga kurang mempunyai akses
terhadap air bersih
serta fasilitas cuci
dan buang sampah.
Terjadinya kontaminasi pada jajanan kaki lima dapat berupa kontaminasi
baik dari bahan baku, penjamah makanan
yang tidak sehat,
atau peralatan yang
kurang bersih, juga
waktu dan temperatur penyimpanan yang tidak tepat.
B. Rumusan
Masalah
Sehubungan dengan latar
belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: “seberapa
besar kadar logam berat Cu dan Zn pada jajanan sekolah dasar di Kota Bandung”
C.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui kadar logam beratpada jajanan sekolah dasar di Kota Bandung
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengetahui jajanan apa saja yang mengandung logam
berat Cu dan Zn yang terdapat pada sekolah dasar di Kota Bandung
b. Untuk mengetahui konsntrasi logam
berat Cu dan Zn pada jajanan di beberapa sekolah dasar di Kota Bandung
c. Untuk
mengetahui ambang batas cemaran logam pada makanan yang ditetapkan pemerintah
D.
Manfaat Penulisan
a. Sebagai wahana bagi peneliti untuk mengembangkan pengetahuan
terutama dalam pengaplikasian Ilmu
Kesehatan Lingkungan.
b. Sebagai
sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya ilmu pengetahuan utamanya di
bidang kesehatan lingkungan.
c. Sebagai
bahan bacaan atau referensi bagi penulisan berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Logam Berat
Logam berat masih
termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam
lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat
ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Sebagai contoh,
bila unsur
logam besi (Fe) masuk ke dalam tubuh, meski dalam jumlah agak ber-lebihan, biasanya tidaklah menimbulkan pengaruh yang buruk terha-dap tubuh. Karena unsur besi (Fe) dibutuhkan dalam darah untuk
mengikat oksigen. Sedangkan unsur logam berat baik itu logam berat beracun yang
dipentingkan seperti tembaga (Cu), bila masuk kedalam tubuh dalam jumlah berlebihan
akan menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologi tubuh. Jika
yang masuk ke dalam tubuh
organisme hidup adalah unsur logam berat beracun seperti hidragyrum(Hg)
atau disebut juga air raksa, maka dapat dipastikan bahwa organisme tersebut
akan langsung keracunan (Palar, 2004).
Istilah logam berat
sebetulnya telah dipergunakan secara luas, terutama dalam perpustakaan ilmiah,
sebagai suatu ilmiah yang menggambarkan bentuk dari logam tertentu. Karakteristik
dari kelompok logam berat adalah sebagai berikut :
1.
Memiliki spesifikasi graviti yang sangat
besar (lebih dari 4).
2.
Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta
unsur-unsur lantanida danaktinida.
3.
Mempunyai respon biokimia khas (spesifik) pada organisme
hidup
Nierbor dan Richardson menggunakan istilah logam berat untuk
menggantikan pengelompokan ion-ion logam ke dalam 3 kelompok biologi dan kimia
(bio-kimia) pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Logam-logam yang dengan mudah mengalami
reaksi kimia bila bertemu dengan unsur oksigen atau disebur juga dengan
oxygen-seeking metal.
2. Logam-logam yang dengan mudah mengalami reaksi kimia bila bertemu dengan
unsur nitrogen dan atau unsur belerang (sulfur) atau disebut juga nitrogen/sulfur
seeking metal.
3. Logam antara atau logam transisi yang memiliki sifat khusus (spesifik) sebagai
logam pengganti (ion pengganti) untuk logam-logam atau ion-ion logam darikelas
A dan logam dari kelas B.
Bio-kimia dapat diartikan sebagai peranan
kimia (unsur-unsur kimia) dalam kehidupan makhluk hidup, di antaranya adalah
unsur-unsur logam. Beberapa unsur logam sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup
untuk mempertahankan kehidupannya.Sebagai contoh adalah unsur logam besi (Fe),
unsur ini berkaitan dengan Hb darah membentuk haemoglobin yang berfungi sebagai
pengikat oksigen (O2) dalam darah. Berbeda dengan logam biasa, logam berat
biasanya menimbulkan efek-efek khusus
pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi
racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup. Sebagai contoh adalah logam air
raksa (Hg), kadmium (Cd), timah (Pb), dan khrom (Cr). Namun demikian,meski
semua logam berat dapat mengakibatkan hidup, keracunan atas makhluk hidup,
sebagian dari logam-logam berat tersebut tetap dibutuhkan oleh
makhluk hidup. Kebutuhan tersebut berada dalam jumlah yang sangat sedikit.
Tetapi bila kebutuhan dalam jumlah yang sangat kecil itutidak terpenuhi, maka
akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari setiap makhluk hidup.
Karena tingkat kebutuhan sangat dipentingkan maka logam-logam tersebut juga
dinamakan sebagai logam-logam atau mineral-mineral esensial tubuh. Ternyata
kemudian, bila jumlah dari logam-logam esensial ini masuk ke dalam tubuh dalam
jumlah berlebihan, maka akan berubah fungsi menjadi zat racun bagi tubuh.
Contoh dari logam-logam berat esensial ini adalah tembaga (Cu), seng (Zn), dan
nikel (Ni).
B.
Bahaya Logam Berat Pada Makanan
Logam berat berbahaya karena pada umumnya memiliki kerapatan
massa tinggi dan sejumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya,
contohnya merkuri atau raksa (Hg), kadmium (Cd), arsen (As), kromium (Cr),
timbal (Pb). Logam berat merupakan komponen alami tanah sehingga tidak dapat
didegradasi ataupun dihancurkan, dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
air minum atau udara.
1.
Timbal (Pb)
Manusia menghirup rata-rata 0,15 microgram Pb dari udara dan meminum 15 gr timbal dari perairan. Pb dapat masuk ke peredaran darah dan sel saraf menggantikan kalsium karena sifat fisiknya yang mirip dengan kalsium. Adanya Pb dalam peredaran darah dan otak mengakibatkan gangguan fungsi jaringan dan metabolisme : sintesis hemoglobin darah, ginjal, sistem reproduksi, penyakit akut atau kronis sistem syaraf, serta gangguan fungsi paru-paru. Pb masuk ke tubuh melalui absorbsi pada sayuran dan air minum yang terkontaminasi timbal.
Manusia menghirup rata-rata 0,15 microgram Pb dari udara dan meminum 15 gr timbal dari perairan. Pb dapat masuk ke peredaran darah dan sel saraf menggantikan kalsium karena sifat fisiknya yang mirip dengan kalsium. Adanya Pb dalam peredaran darah dan otak mengakibatkan gangguan fungsi jaringan dan metabolisme : sintesis hemoglobin darah, ginjal, sistem reproduksi, penyakit akut atau kronis sistem syaraf, serta gangguan fungsi paru-paru. Pb masuk ke tubuh melalui absorbsi pada sayuran dan air minum yang terkontaminasi timbal.
2. Merkuri (Hg)
Satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu ruang, biasanya masuk ke tubuh manusia melalui pencernaan, dari ikan, kerang, udang atau perairan yang terkontaminasi. Jika berbentuk logam, umunya dapat diekskresi, sisanya menumpuk di ginjal dan sistem saraf. Bentuk meti merkuri (CH3Hg+) akan terakumulasi di otak. Karena penyerapan besar dalam waktu singkat menyebabkan kerusakan keseimbangan, tuli, dan gangguan lainnya. Hg yang terhisap akan berdampak akut atau terkumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh lainnya, menyebabkan bronkitis, sampai rusaknya paru-paru. Keracunan Hg merasakan mulutnya kebal sehingga tidak peka terhadap suhu dan rasa, hidung tidak peka bau, mudah lemah dan sering sakit kepala.
Satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu ruang, biasanya masuk ke tubuh manusia melalui pencernaan, dari ikan, kerang, udang atau perairan yang terkontaminasi. Jika berbentuk logam, umunya dapat diekskresi, sisanya menumpuk di ginjal dan sistem saraf. Bentuk meti merkuri (CH3Hg+) akan terakumulasi di otak. Karena penyerapan besar dalam waktu singkat menyebabkan kerusakan keseimbangan, tuli, dan gangguan lainnya. Hg yang terhisap akan berdampak akut atau terkumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh lainnya, menyebabkan bronkitis, sampai rusaknya paru-paru. Keracunan Hg merasakan mulutnya kebal sehingga tidak peka terhadap suhu dan rasa, hidung tidak peka bau, mudah lemah dan sering sakit kepala.
3.
Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) digunakan sebagai lapisan tahan korosi pada baja atau plastik, pewarna, alat-alat elektronik, serta baterai nikel/kadmium. Akumuasi Cd dalam waktu lama pada tubuh mengakibatkan disfungsi organ dan metabolisme. Konsentrasi tinggi menghalangi kerja paru-paru, bahkan dapat mengakibtkan kanker paru-paru, merusak tulang (osteomalacia, osteoporosis). Menghirup 20 rokok sehari setara dengan menghirup 2-45 gr kadmium.
Kadmium (Cd) digunakan sebagai lapisan tahan korosi pada baja atau plastik, pewarna, alat-alat elektronik, serta baterai nikel/kadmium. Akumuasi Cd dalam waktu lama pada tubuh mengakibatkan disfungsi organ dan metabolisme. Konsentrasi tinggi menghalangi kerja paru-paru, bahkan dapat mengakibtkan kanker paru-paru, merusak tulang (osteomalacia, osteoporosis). Menghirup 20 rokok sehari setara dengan menghirup 2-45 gr kadmium.
4.
Akrilamida
Merupakan senyawa kimia berbahaya yang diduga memiliki potensi kuat sebagai pemicu kanker, pada tikus percobaan akrilamida menimbulkan tumor, merusak DNA, saraf, mengganggu tingkat kesuburan dan mengakibatkan keguguran. Akrilamida bersifat tidak berwarna, tidak bau, WHO menetapkan standar maksimum akrilamida pada air minum 0,5 mikrogram per liter. Senyawa akrilamida timbul pada makanan gorengan yang dipicu oleh proses penggorengan dengan suhu yang relatif tinggi (190 oC) menyebabkan senyawa karbohidrat terurai, sebagian ditangkap atau bereaksi dengan asam amino, senyawa penyususn protein hingga terbentuk akrilamida.
Merupakan senyawa kimia berbahaya yang diduga memiliki potensi kuat sebagai pemicu kanker, pada tikus percobaan akrilamida menimbulkan tumor, merusak DNA, saraf, mengganggu tingkat kesuburan dan mengakibatkan keguguran. Akrilamida bersifat tidak berwarna, tidak bau, WHO menetapkan standar maksimum akrilamida pada air minum 0,5 mikrogram per liter. Senyawa akrilamida timbul pada makanan gorengan yang dipicu oleh proses penggorengan dengan suhu yang relatif tinggi (190 oC) menyebabkan senyawa karbohidrat terurai, sebagian ditangkap atau bereaksi dengan asam amino, senyawa penyususn protein hingga terbentuk akrilamida.
5. Tembaga (Cu)
Tidak
seperti logam-logam Hg, Pb, dan Cd, logam tembaga (Cu) merupakan mikroelemen
esensial untuk semua tanaman dan hewan, termasuk manusia. Logam Cu diperlukan
oleh berbagai sistem enzim di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, Cu harus
selalu ada di dalam makanan. Yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar kadar
Cu di dalam tubuh tidak kekurangan dan juga tidak berlebihan.
Kebutuhan tubuh per hari akan Cu adalah 0,05 mg/kg berat badan. Pada kadar tersebut tidak terjadi akumulasi Cu pada tubuh manusia normal. Konsumsi Cu dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan gejala-gejala yang akut.
Logam Cu yang digunakan di pabrik biasanya berbentuk organik dan anorganik. Logam tersebut digunakan di pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas, dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti alloi dengan Ag, Cd, Sn, dan Zn.
Garam Cu banyak digunakan dalam bidang pertanian, misalnya sebagai larutan “Bordeaux” yang mengandung 1-3% CuSO4 untuk membasmi jamur pada sayur dan tumbuhan buah. Senyawa CuSO4 juga sering digunakan untuk membasmi siput sebagai inang dari parasit, cacing, dan juga mengobati penyakit kuku pada domba (Darmono, 1995).
Kebutuhan tubuh per hari akan Cu adalah 0,05 mg/kg berat badan. Pada kadar tersebut tidak terjadi akumulasi Cu pada tubuh manusia normal. Konsumsi Cu dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan gejala-gejala yang akut.
Logam Cu yang digunakan di pabrik biasanya berbentuk organik dan anorganik. Logam tersebut digunakan di pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas, dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti alloi dengan Ag, Cd, Sn, dan Zn.
Garam Cu banyak digunakan dalam bidang pertanian, misalnya sebagai larutan “Bordeaux” yang mengandung 1-3% CuSO4 untuk membasmi jamur pada sayur dan tumbuhan buah. Senyawa CuSO4 juga sering digunakan untuk membasmi siput sebagai inang dari parasit, cacing, dan juga mengobati penyakit kuku pada domba (Darmono, 1995).
6. Seng (Zn)
Seng (Zn) adalah metal yang didapat antara lain pada industri
alloy, keramik, pigmen, karet, dan lain-lain. Toksisitas Zn pada hakekatnya
rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi
dapat bersifat racun. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan bila
dimasak akan timbul endapan seperti pasir. (Soemirat, Juli, 2002)
BAB III
METODE PENELITIAN
Sampel jajanan
yang diambil dari
sekolah dasar di
Bandung yang telah
dipilih akan diperiksa konsentrasi
Cu dan Zn menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Metode Spektrofo-tometri
Serapan Atom adalah metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan
metaloid yang berdasarkan
pada penyerapan (absorpsi)
radiasi oleh atom-atom
bebas unsur tersebut. Metode SSA
ini dapat mendeteksi
67 unsur, termasuk
Cu dan Zn
dalam sampel. Keunggulan dari
metode ini adalah spesifik, batas deteksi rendah, dari satu larutan yang sama
dapat diukur beberapa unsur yang berbeda, rentang konsentrasi yang dapat
ditentukan amat luas (sub mg/L hingga persen), dan lainnya. (Susanto)
Sebelum dianalisa
menggunakan metode tersebut,
sampel-sampel terlebih dahulu
di preparasi. Tahap yang
harus dilakukan, yaitu
penghalusan dan pengeringan
(freeze dry). Penghalusan
dilakukan dengan cara menghancurkan sampel makanan menggunakan blender dan
ditambahkan air. Sehingga
hasil akhirnya adalah
cairan kental. Kemudian
sampel tersebut dikeringkan atau
dihilangkan kandungan airnya dengan cara pendinginan atau freeze dry. Sampel
akan menjadi kering seperti bubuk atau tepung. Penghalusan dan freeze dry dilakukan untuk menghomogenkan sampel
makanan tersebut. Sehingga
analisa yang dilakukan
dapat lebih akurat.
Metode
SAA terlebih dahulu sampel harus dilarutkan atau disebut digest. Proses
pelarutan ini dapat dilakukan berkali-kali tergantung besarnya konsentrasi
unsur di dalamnya. Dalam proses pelarutan ini, sampel yang telah kering
dimasukan ke dalam vessel sebanyak 500 mg, setelah itu dilarutkan dengan
menambahkan Asam Nitrat dan Asam Perklorat sebanyak 6.5 dan 1ml dan ditambahkan pula
2.5 ml aquadest. Kemudian
sampel dimasukkan ke
dalam microwave digestion untuk
melarutkan semuanya. Setelah sampel menjadi larutan maka dapat diukur
konsentrasi logamnya dengan alat SSA.
Dasar analisis
menggunakan teknik AAS
adalah bahwa dengan
mengukur besarnya absorpsi oleh atom analit, maka konsentrasi analit itu
dapat di tentukan. Penentuan konsentrasi analit
diperoleh melalui perbandingan
dengan standar. Pada
penelitian ini, teknik
AAS yang digunakan adalah Flame
AAS, yaitu cara pembentukan atom menggunakan nyala campuran gas. Campuran gas
yang dipakai dalam FAAS ini adalah udara-asetilen yang mempunyai suhu nyala
1900 – 2200°C.
Cara kerja
dari metode ini
adalah dengan membandingkan
antara absorban larutan sampel dengan
larutan standar pembanding
untuk memperoleh konsentrasi
larutan contoh tersebut. Jadi
skala absorban dari AAS dikalibrasi dengan suatu deret standar yang diketahui konsentrasinya. Hasil dari
analisis dengan AAS adalah kurva kalibrasi. Dari kurva kalibrasi ini
konsentrasi analit dari
larutan sampel dapat
dicari setelah mengukur
absorbannya. Proses kalibrasi AAS
sangat krusial karena dapat secara langsung mempengaruhi hasil analisis. Faktor
yang dapat mempengaruhi proses kalibrasi AAS adalah larutan standard dan instrument AAS. Metodologi penelitian
selengkapnya dapat lihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Metodologi Penelitian
Pengambilan
sampel jajanan anak SD dilakukan di empat yang berbeda. Sekolah dipilih yang
lokasinya menyebar di seluruh kota Bandung. Hal ini dilakukan untuk melihat
perbedaan kandungan logam pada daerah ini, karena adanya perbedaan aktivitas
dan lingkungan sekitarnya. Sampel adalah sebagai berikut :
1. Sekolah
Dasar Percobaan Negeri Setiabudi
2. Sekolah
Dasar Negeri Soka 1
3. Sekolah
Dasar Negeri Sindanglaya 2
4. Sekolah
Dasar Negeri Pelesiran
Gambar 2. Lokasi pengambilan
sampel
Dari
keempat sekolah ini diambil sampel jajanan yang sering dikonsumsi oleh murid sekolah
tersebut. Hal ini diketahui dari kuesioner yang disebarkan sebelumnya untuk
mengetahui jajanan yang paling banyak dipilih oleh murid-murid. Dari tiap
sekolah dipilih lima sampai enam jenis jajanan yang paling banyak dikonsumsi.
Jajanan yang dipilih baik yang dijual di luar sekolah maupun yang dijual di
dalam sekolah. Namun sebagian besar jajanan yang dijadikan sampel adalam
jajanan yang dijual di luar sekolah, karena jajanan inilah yang lebih sering
dikonsumsi siswa selama di sekolah. Contoh jenis jajanan yang diambil sebagai
sampel seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Jenis jajanan yang
menjadi sampel
Metode yang digunakan dalam
menganalisa data laboratorium selain secara deskriptif juga dilakukan analisa
statistik. Metode yang digunakan adalah metode 2n faktorial untuk menguji
variansi dari data yang ada. Dengan metode ini akan dilihat pengaruh
faktor-faktor yang telah ditentukan terhadap konsentrasi logam pada makanan.
Terdapat tiga faktor yang dipilih, yaitu penggunaan saos, alat masak dan bahan
makanan jenis umbi-umbian. Ketiga faktor ini akan dibagi menjadi dua level,
yaitu low dan high.
Untuk penggunaan saos, low
level adalah saat tidak digunakan dan high levelnya adalah saat digunakan.
Sedangkan untuk alat masak, low level adalah saat tidak menempel langsung
dengan alat masak atau terdapat perantara dan high levelnya adalah saat
menempel langsung pada alat masak. Dan untuk bahan makanan dari umbi-umbian
adalah high level dan selain umbi-umbian adalah low level.
Hasil akhir dari analisa ini
akan dilihat apakah low level dan high level saling berpengaruh atau tidak.
Selain itu dapat dilihat interaksi antar faktor yang saling berpengaruh atau
tidak. Hasil hipotesa yang diterima menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara
kedua level ataupun antara faktor. Sedangkan hasil hipotesa yang ditolak
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan data antar level ataupun faktor. Replikat
yang digunakan dalam analisa ini berjumlah dua. Hal ini disesuaikan dengan
pengukuran logam yang dilakukan sebanyak dua kali (simplo dan duplo).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah sampel yang diambil dari keempat sekolah berjumlah
24 buah, masing-masing 6 jenis jajanan dari tiap sekolah. Dari seluruh jajanan
yang telah diambil untuk dijadikan sampel dan diperiksa dengan metode
Spektrofotometri Serapan Atom, di dapatkan konsentrasi Cu dan Zn dalam makanan
dalam berat keringnya. Untuk mendapatkan konsentrasi sebenarnya dalam makanan
maka harus dicari konsentrasi logam dalam berat basahnya. Konsentrasi Cu pada
sampel makanan diperlihatkan pada Tabel 1 berikut ini
Tabel 1. Konsentrasi
Cu dalam jajanan
SD
|
Jajanan
|
Konsentrasi Cu dlm berat basah (mg/kg)
|
Batas Max (mg/kg
|
SDPN
Setiabudi
|
Bakwan
|
0,29
|
10
|
Martabak
|
0,30
|
10
|
|
Kentang
|
4,11
|
10
|
|
Creepes
|
0,39
|
10
|
|
Mie
|
0,46
|
10
|
|
Cakwe
|
0,31
|
10
|
|
Rata-rata
|
0,98
|
||
SDN
Sindanglaya 2
|
Telur
|
0,46
|
30
|
Cireng
|
1,53
|
10
|
|
Cilok
|
0,26
|
10
|
|
Cakwe
|
0,16
|
10
|
|
Baso tahu
|
0,56
|
10
|
|
Rata-rata
|
0,59
|
||
SDN
Pelesiran
|
Batagor
|
1,43
|
10
|
Agar
|
0,00
|
2
|
|
Pisang
|
0,89
|
5
|
|
Cakwe
|
0,99
|
10
|
|
Sosis
|
0,53
|
20
|
|
Telur
|
0,79
|
30
|
|
Rata-rata
|
0,77
|
||
SDN Soka
|
Bacil
|
0,35
|
10
|
Lumpia
basah
|
0,48
|
5
|
|
Mie
|
0,26
|
10
|
|
Cimol
|
0,09
|
10
|
|
Kue
|
0,87
|
10
|
|
Chiki
|
0,57
|
30
|
|
Biting
|
1,93
|
30
|
|
Rata-rata
|
0,65
|
Seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas,
konsentrasi Cu yang terdapat dalam jajanan memiliki konsentrasi yang rendah.
Hanya pada jenis jajanan kentang dan cireng konsentrasi Cu cukup tinggi,
walaupun masih di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Baku mutu Cu
di dalam makanan berbeda untuk tiap jenisnya. Dalam Surat Keputusan Direktur
Jenderal Badan Pemeriksa Obat dan Makanan No 03725/B/SK/VII/89 tentang Batasan
Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan, jenis makanan dibagi menjadi buah,
daging, sayuran, tepung, dan lainnya. Untuk pemeriksaan jajanan ini, acuan baku
mutu yang diambil adalah bahan makanan yang memiliki kuantitas terbanyak dalam
makanan tersebut. Contohnya batagor yang lebih dominan terbuat dari tepung.
Oleh karena itu batas maksimum memiliki nilai-nilai yang berbeda.
Dari rata-rata konsentrasi Cu di tiap sekolah, didapatkan
hasil bahwa rata-rata terbesar konsentrasi Cu terdapat di Sekolah Dasar
Percobaan Negeri Setiabudi, yaitu sebesar 0.98 mg/kg. Hal ini diakibatkan nilai
konsentrasi Cu pada kentang yang besar. Besarnya konsentrasi Cu ini dapat
diakibatkan karena penggunaan alat masak yang berbahan Cu yang mudah
mengelupas. Kualitas alat masak para penjual makanan di pinggir jalan pada
umumnya tidak baik. Penjual makanan memilih peralatan masak yang murah namun
mudah terkelupas. Akibatnya mengkontaminasi makanan yang diolah menggunakan
alat masak tersebut. Berdasarkan pengamatan pada saat pengambilan sampel,
keadaan wajan yang digunakan sebagian besar penjaja makanan dalam keadaan tidak
baik atau telah mengelupas.
Besarnya konsentrasi Cu dalam kentang juga dapat disebabkan
karena kentang merupakan jenis umbi-umbian, yaitu tanaman yang dimanfaatkan
bagian akarnya. Sedangkan logam Cu pada tanaman akan terkonsentrasi pada bagian
akar. Oleh karena itu, konsentrasi logam Cu pada kentang cenderung besar
dibandingkan jajanan yang lainnya. Selain faktor-faktor yang disebutkan
sebelumnya, Cu juga dapat masuk ke dalam makanan melalui air yang digunakan
untuk memasak. Air dapat mengandung Cu apabila terkontaminasi pipa yang telah lapuk
yang dilewati air tersebut. Sehingga Cu yang menjadi bahan dasar pipa tersebut terkandung
dalam air dan kemudian digunakan untuk memasak jajanan tersebut.
Selain SDPN Setiabudi, SDN Pelesiran memiliki rata-rata
konsentrasi Cu yang besar dan lebih merata. Hal ini dapat disebabkan oleh
sedang adanya pembangunan sekolah. Sehingga banyak debu dan partikulat yang
berterbangan di sekitar lokasi penjualan jajanan. Debu dan
partikulat
ini dapat mengkontaminasi jajanan dengan logam berat. Oleh karena itu,
konsentrasi Cu jajanan di SD Pelesiran cenderung besar dan merata pada tiap
jenis jajanan.
Paparan Cu dalam waktu lama bisa menimbulkan gejala
seperti iritasi pada hidung, tenggorokan, mulut dan mata, sakit kepala, sakit
lambung, kehilangan keseimbangan, mual, muntah dan diare. Paparan Cu dosis
besar dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, bahkan menyebabkan kematian.
Belum ada bukti ilmiah bahwa Cu bersifat karsinogenik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lama paparan dan tingginya dosis Cu bisa menurunkan tingkat intelegensia
anak-anak dalam masa pertumbuhan, batuk-batuk, dan pendarahan hidung. Cu juga dapat
menimbulkan alergi pada kulit. Paparan Cu berulang bisa menyebabkan penebalan
pada kulit serta menimbulkan warna kehijauan pada kulit dan rambut sehingga
menyebabkan iritasi hidung.
Selain pengukuran konsentrasi Cu, diukur pula logam Zn
dalam jajanan tersebut dan didapatkan data sebagai berikut (Tabel 2):
Tabel 2. Kadar
unsur Zn dalam sampel makanan
SD
|
Jajanan
|
Konsentrasi Cu dlm berat basah (mg/kg)
|
Batas Max (mg/kg
|
SDPN
Setiabudi
|
Bakwan
|
7,23
|
40
|
Martabak
|
7,57
|
40
|
|
Kentang
|
14,29
|
40
|
|
Creepes
|
6,45
|
40
|
|
Mie
|
11,69
|
40
|
|
Cakwe
|
8,06
|
40
|
|
Rata-rata
|
9,22
|
||
SDN
Sindanglaya 2
|
Telur
|
10,82
|
40
|
Cireng
|
9,48
|
40
|
|
Cilok
|
1,76
|
40
|
|
Cakwe
|
4,45
|
40
|
|
Baso tahu
|
2,96
|
40
|
|
Rata-rata
|
5,90
|
||
SDN
Pelesiran
|
Batagor
|
15,01
|
40
|
Agar
|
2,92
|
40
|
|
Pisang
|
2,54
|
40
|
|
Cakwe
|
22,30
|
40
|
|
Sosis
|
11,30
|
40
|
|
Telur
|
12,53
|
40
|
|
Rata-rata
|
11,10
|
||
SDN Soka
|
Bacil
|
2,09
|
40
|
Lumpia
basah
|
3,53
|
40
|
|
Mie
|
6,32
|
40
|
|
Cimol
|
0,75
|
40
|
|
Kue
|
12,29
|
40
|
|
Chiki
|
8,66
|
40
|
|
Biting
|
22,43
|
40
|
|
Rata-rata
|
8,01
|
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan
Pemeriksa Obat dan Makanan No 03725/B/SK/VII/89 tentang Batasan Maksimum
Cemaran Logam dalam Makanan, batas maksimum cemaran logam Zn dalam makanan
adalah sebesar 40 mg/kg. Zn terdapat disetiap
makanan
yang dikonsumsi manusia, karena Zn merupakan salah satu logam yang dibutuhkan tubuh
untuk proses metabolisme. Namun, seperti logam lainnya, dosis Zn yang
dibutuhkan manusia kecil. Apabila kelebihan mengkonsumsi Zn akan menimbulkan
keracunan.
Dari data pengukuran jenis jajanan biting memiliki
konsentrasi paling besar, yaitu sebesar 22.43 mg/kg. Walaupun tidak melewati
batas maksimum cemaran logam dalam makanan yang ditetapkan pemerintah, namun
konsentrasi Zn dalam makanan ini cukup tinggi dibandingkan jajanan yang
lainnya. Apabila dilihat rata-rata konsentrasi Zn yang terdapat pada makanan di
tiap sekolah, nilai rata-rata tertinggi terdapat pada SD Pelesiran. Selain Zn,
pada pengukuran Cu, konsentrasi rata-ratanya pun cenderung besar. Hal ini dapat
diakibatkan karena penggunaan peralatan makanan yang mengandung Zn dan dalam
kondisi yang tidak baik. Sehingga mengkontaminasi makanan yang dimasak
menggunakan alat masak tersebut. Seperti yang disebutkan literatur, kontaminasi
akibat peralatan masak lebih mungkin terjadi dibandingkan
memakan
langsung Zn yang terdapat di dalam makanan. Selain itu karena adanya
pembangunan sekolah yang menghasilkan debu dan partikulat yang mencemari
jajanan.
SDPN Setiabudi juga memiliki rata-rata konsentrasi Zn
yang besar. Selain kentang, mie juga menyebabkan rata-rata konsentrasi menjadi
besar. Besarnya konsentrasi Zn dan Cu pada kentang menunjukkan bahwa bahan
makanan dari umbi-umbian lebih banyak mengandung logam. Karena umbi atau pada
tanaman lain disebut akar, menyerap logam dari tanah dan menumpuk pada bagian
itu. Oleh karena itu, konsentrasi logam pada kentang cenderung besar.
Logam Zn sebenarnya tidak toksik, tetapi dalam keadaan
sebagai ion, Zn bebas memiliki toksisitas tinggi. Konsumsi Zn berlebih mampu
mengakibatkan defisiensi mineral lain. Toksisitas Zn bisa bersifat akut dan
kronis. Gejala toksisitas akut bisa berupa sakit lambung, diare, mual dan
muntah. Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat menimbulkan gejala
muntaber. Gangguan kesehatan lain yang ditimbulkan adalah borok lambung,
stomatitis dan letargia. Toksisitas Zn jarang terjadi karena konsumsi Zn,
karena gangguan alat pencernaan dan
diare
yang diakibatkan oleh minuman atau makanan yang terkontaminasi peralatan yang
dilapisi Zn.
Untuk melihat faktor apakah yang lebih mempengaruhi
kontaminasi logam Cu dan Zn pada jajanan tersebut, dilakukan analisa statistik
2n faktorial. Faktor yang dianggap dapat mempengaruhi kontaminasi logam
terhadap makanan adalah penambahan saos, penggunaan alat masak, dan jenis bahan
baku makanan jenis umbi-umbian. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan logam Cu dan Zn masuk ke dalam
makanan. Dari hasil analisa statistik 2n faktorial di dapatkan kesimpulan
sebagai berikut (Tabel 3 dan Tabel 4).
Tabel 3.
Hasil analisis logam Cu dengan metode 2n factorial
Sumber
Variasi
|
F-Hitung
|
f tabel
(p=5%)
|
Hipotesis
|
Replikat
|
0,0295
|
5,59
|
diterima
|
Efek Utama
|
|||
Penggunaan
Saos (A)
|
1903,95
|
5,59
|
ditolak
|
Alat Masak
(B)
|
1514,03
|
5,59
|
ditolak
|
Umbi-umbian
(C)
|
2004,54
|
5,59
|
ditolak
|
Interaksi 2
Faktor
|
|||
AB
|
5,818
|
5,59
|
ditolak
|
AC
|
60,42
|
5,59
|
ditolak
|
BC
|
840,68
|
5,59
|
ditolak
|
Interaksi 3
Faktor
|
|||
ABC
|
2400,59
|
5,59
|
ditolak
|
Error
|
1
|
5,59
|
diterima
|
Total
|
a. Pada
dua kali pemeriksaan sampel (simplo dan duplo), data yang didapatkan tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan pemeriksaan yang
dilakukan terhadap sampel menggunakan SSA akurat.
b. Penggunaan
saos pada jajanan mempengaruhi konsentrasi Cu di dalam jajanan tersebut. Jajanan
yang ditambahkan saos memiliki konsentrasi logam lebih tinggi dibandingkan
jajanan yang tidak ditambahkan saos.
c. Penggunaan
alat masak mempengaruhi konsentrasi Cu dalam jajanan. Jajanan yang bersentuhan
langsung dengan alat masak memiliki konsentrasi yang lebih tinggi.
d. Bahan
makanan dari umbi-umbian, memilki konsentrasi Cu yang lebih tinggi dibandingkan
yang bukan umbi-umbian. Interaksi antara penggunaan saos dan pemasakan makanan
yang langsung menempel pada alat masak memiliki pengaruh terhadap konsentrasi
Cu pada jajanan.
e. Interaksi
antara penggunaan saos dan penggunaan bahan makanan dari umbi-umbian memberikan
pengaruh terhadap konsentrasi Cu pada jajanan.
f. Interaksi
antara pemasakan makanan yang menempel pada alat masak dan penggunaan bahan
makanan dari umbi-umbian memberikan pengaruh terhadap konsentrasi Cu pada
jajanan.
g. Ketiga
interaksi antara penggunaan saos, pemasakan makanan yang langsung menempel pada
alat masak, dan penggunaan bahan makanan dari umbi-umbian memiliki pengaruh
terhadap konsentrasi Cu pada jajanan. Hal ini membuktikan bahwa ketiga faktor
inilah yang dapat mempengaruhi suatu jajanan terkontaminasi logam Cu.
Tabel 4.
Hasil analisis logam Zn dengan metode 2n faktorial
Sumber
Variasi
|
F-Hitung
|
f tabel
(p=5%)
|
Hipotesis
|
Replikat
|
4,348
|
5,59
|
diterima
|
Efek Utama
|
|||
Penggunaan
Saos (A)
|
166,20
|
5,59
|
ditolak
|
Alat Masak
(B)
|
3,02
|
5,59
|
diterima
|
Umbi-umbian
(C)
|
2302,19
|
5,59
|
ditolak
|
Interaksi 2
Faktor
|
|||
AB
|
73,12
|
5,59
|
ditolak
|
AC
|
266,99
|
5,59
|
ditolak
|
BC
|
461,65
|
5,59
|
ditolak
|
Interaksi 3
Faktor
|
|||
ABC
|
26,047
|
5,59
|
ditolak
|
Error
|
1
|
5,59
|
diterima
|
Total
|
a. Pada
dua kali pemeriksaan sampel (simplo dan duplo), data yang didapatkan tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan pemeriksaan yang
dilakukan terhadap sampel menggunakan SSA akurat.
b. Penggunaan
saos pada jajanan mempengaruhi konsentrasi Zn di dalam jajanan tersebut.
Jajanan yang ditambahkan saos memiliki konsentrasi logam lebih tinggi
dibandingkan jajanan yang tidak ditambahkan saos.
c. Penggunaan
alat masak tidak mempengaruhi konsentrasi Zn dalam jajanan. Jajanan yang
bersentuhan langsung dengan alat masak dan yang tidak bersentuhan langsung
memiliki konsentrasi yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa Zn dapat
mengkontaminasi makanan walaupun tidak bersentuhan langsung dengan alat masak,
seperti melalui minyak atau air.
d. Bahan
makanan dari umbi-umbian, memilki konsentrasi Zn yang lebih tinggi dibandingkan
yang bukan umbi-umbian.
e. Interaksi
antara penggunaan saos dan pemasakan makanan yang langsung menempel pada alat
masak memiliki pengaruh terhadap konsentrasi Zn pada jajanan.
f. Interaksi
antara penggunaan saos dan penggunaan bahan makanan dari umbi-umbian memberikan
pengaruh terhadap konsentrasi Zn pada jajanan.
g. Interaksi
antara pemasakan makanan yang menempel pada alat masak dan penggunaan bahan
makanan dari umbi-umbian memberikan pengaruh terhadap konsentrasi Zn pada
jajanan.
h. Ketiga
interaksi antara penggunaan saos, pemasakan makanan yang langsung menempel pada
alat masak, dan penggunaan bahan makanan dari umbi-umbian memiliki pengaruh
terhadap konsentrasi Zn pada jajanan.
Dari analisa menggunakan metode 2n faktorial didapatkan
hasil bahwa kontaminasi Cu dan Zn dalam jajanan dipengaruhi oleh penggunaan
saos, alat masak, dan jenis bahan makanan dari umbi-umbian. Walaupun dari hasil
pengukuran tidak ada logam yang melewati baku mutu yang ditetapkan, namun tetap
terjadi kontaminasi logam yang disebabkan banyak faktor, termasuk penggunaan
saos, alat masak, dan jenis bahan makanannya. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan oleh para konsumen dan juga penjual dalam mengkonsumsi atau
mengolah makanan, agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat merugikan konsumen,
terutama anak-anak dalam penelitian ini.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa semua
jajanan memiliki kandungan Cu yang kecil, di bawah ambang batas cemaran logam
yang ditetapkan pemerintah. Walaupun kentang dan cireng memiliki konsentrasi
yang cukup besar dibandingkan dengan jajanan lainnya, namun tetap masih di
bawah ambang batas yang ada. Sedangkan untuk Zn, konsentrasi untuk dibeberapa
jajanan lebih besar, seperti pada cakwe, kentang, batagor, kue, dan telur, yang
berada di atas 10 mg/kg. Namun, jajanan ini masih aman karena konsentrasinya di
bawah ambang batas yang ditetapkan pemerintah. Penggunaan saos, alat masak dan
bahan makanan dari umbi-umbian mempengaruhi konsentrasi Cu dan Zn dalam
makanan.
B.
Saran
1. Untuk
meminimalisir resiko keracunan makanan akibat logam berat diharapkan kepada masyarakat
terkhususnya para orang tua agar dapat mengawasi jajanan yang dikonsumsi oleh anaknya
terutama anak yang masih duduk di sekolah dasar. Ada baiknya jika orang tua
menyiapkan bekal makanan kepada anak agar tidak perlu mengkonsumsi jajanan di
sekolah yang belum terjamin keamanan-nya
2. Diharapkan
kepada pemerintah melalui badan-badan pengawasan makanan dan minuman untuk mengawasi
ataupun menindak para pedagang yang menjual makanan dan minuman yang tidak layak
konsumsi agar tidak terjadi kasus keracunan seperti yang marak terjadi di negara
kita.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2014).
“Makalah Logam Berat”.https://www.scribd.com/doc/-112694979/makalah-1-logam-berat (diakses
tanggal 25 Mei 2015)
Helmy, (2009). “Bahaya Logam Berat pada Bahan Pangan”.http://-helmyinfo.blogspot.com/2009/02/bahaya-logam-berat-pada-bahan-pangan.html (diakses
tanggal 25 Mei 2015)
Anonim, (2008).
“Bahaya Logam Berat pada Makanan”.http://edu-kasi.kompas.com/read/2008/09/21/11254074/Bahaya.Logam.Berat.dalam.Makanan (diakses
tanggal 25 Mei 2015)
Anonim, (2012).
“Limbah Logam Berat”.http://www.artikelbagus.com-/2012/01/limbah-logam-berat.html (diakses
tanggal 25 Mei 2015)
Makalah yang bagus....
BalasHapus