NAMA :
SUKMAWATI
NIM :
PO.71.4.221.13.2.047
PRODI :
D.IV
MATA KULIAH : PTPS-B
A. Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan penggambaran dan masing-masing komponenyang
terdapat pada sampah dan distribusinya. Komponen komposisi sampah
adalahkomponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas-karton, kayu,
kain-tekstil,karet-kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain
(misalnya tanah, pasir, batu, keramik). Pengelompokkan sampah yang paling
sering dilakukan adalah berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan
sebagai % berat atau % volume dankertas, kayu, karet, plastik, logam, kaca,
kain, makanan dan sampah-sampah lain(Damanhuri dan Padmi, 2010).Menurut
Tchobanoglouset al. (1993), komposisi sampah dapat dibagi dalam duagolongan,
yaitu:
1. Komposisi Fisik Sampah
Secara fisik terdiri dari sampah
basah (garbage), sampah halaman, taman, kertas,kardus, kain, karet, plastik,
kulit, kayu, kaca, logam, debu, dan lain-lain. Informasimengenai komposisi
fisik sampah diperlukan untuk memilih dan menentukan cara pengoperasian
setiap peralatan serta fasilitas-fasilitas lainnya, memperkirakankelayakan
pemanfaatan kembali sumber daya dan energi dari sampah, serta
sebagai perencanaan fasilitas pembuangan akhir.
2. Komposisi kimia sampah
Umumnya komposisi kimia sampah
terdiri dari unsur Karbon, Hidrogen,Oksigen, Nitrogen, Sulfur, Fosfor, serta
unsur lainnya yang terdapat dalam protein, karbohidrat, dan lemak. Untuk
mengetahui komposisi kimia sampah, perlu dilakukan analisa kandungan kimia
sampah di laboratorium. Unsur-unsur kimia yang diselidiki tergantung dari
alternatif cara pengolahan sampah yang akan dievaluasi. Komposisi sampah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Damanhuri dan Padmi, 2010) :
a.
Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban
sampah juga akancukup tinggi.
b.
Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah
dikumpulkan maka semakintinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik
akan berkurang karenamembusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan
dan sampah keringlainnya yang sulit terdegradasi.
c.
Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan
yang sedang berlangsung.
d.
Tingkat sosial ekonomi: Daerah ekonomi tinggi pada
umumnya menghasilkansampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan
sebagainya.
e.
Pendapatan per kapita: masyarakat dari tingkat ekonomi
rendah akanmenghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan homogen dibanding
tingkatekonomi lebih tinggi.
f.
Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari.
B.
Pengelolaan
Sampah Medis
Menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia yang disebut sebagai sampah medis adalah berbagai jenis
buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang
dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi manusia, yakni
pasien maupun masyarakat.
Pengelolaan sampah terdiri dari pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan,
pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan
biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan
atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif
dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.
Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan,
berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah
yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area
komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya
tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.
Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda
antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan,
penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
1. Penimbunan (
Pemisahan Dan Pengurangan )
Proses
pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang
pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan
sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3
(bahan
berbahaya dan beracun seperti baterai
bekas, bekas toner, dan sebagainya),
dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan
kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah
untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.
2. Penampungan
Penampungan
sampah ini merupakan wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau
berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload.
Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi
kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti
telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong
berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong
berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong
berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong
berwarna hitam dengan tulisan “domestik”.
3. Pengangkutan
Pengangkutan
dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan
internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke
incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya
digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara
berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian
kerja khusus.
Pengangkutan
eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site).
Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus
dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan
angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan
tidak bocor.
Beberapa diantara sampah medis sangat mahal
biaya penanganannya karena berupa bahan kimia berbahaya, seperti obat-obatan
yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Namun demikian tidak semua
sampah medis berpotensi menular dan berbahaya.
Sejumlah
sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir serupa dengan
sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Sementara sampah hasil proses
industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau
medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.
4. Pengolahan
dan Pembuangan
Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang
sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi
yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste)
yang mungkin diterapkan adalah :
a.
Incinerasi
b.
Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada
kondisi uap jenuh °C) bersuhu 121°
c.
Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa
ethylene oxide atau formaldehyde)
d.
Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding
(menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)
e.
Inaktivasi suhu tinggi
f.
Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi)
g.
Microwave treatment
h.
Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk
atau ukuran sampah)
i.
Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi
volume yang terbentuk
0 komentar:
Posting Komentar