Desa Allamungeng Patue
Desa
Allamungeng Patue merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Ajangale, Kabupaten Bone. Letak Allamungeng Patue yang jauh dari pusat kota
Watampone tidak membuatnya sebagai desa tertiggal dalam segala hal. Bahkan desa
Allamungeng Patue ditahun 2013 ini masuk menjadi nominator salah satu desa
andalan pemerintah Kabupaten Bone untuk menjadi perwakilan lomba pembangunan
desa tingkat Provinsi.
Pada
mulanya, Desa Allamungeng Patue hanya merupakan perkampungan kecil yang dihuni
oleh beberapa orang. Pada saat itu, desa ini lebih dikenal dengan sebutan nama
'Kampung Bunne'. Dibalik kesederhanaannya, Desa Allamungeng Patue mengandung
nilai sejarah yang sangat tinggi, khususnya bagi Kabupaten Bone, Wajo, Soppeng
dan Sulawesi selatan pada umumnya.
Pada
tahun 1582, Raja Bone ke tujuh, La Tenri Rawe dan Raja Bone ke Sebelas, Labung
Kace Tau Dama serta Raja Soppeng ke 12 La Mataesso Punglipu mengadakan suatu
perjanjian persahabatan yang lebih dikenal dengan perjanjian "Tellu
Poccoe".
Hasil
dari janji atau ikrar tersebut dan sebagai tanda akan terjalinnya kata sepakat
persahabatan ketiga raja maka ditanamlah sebuah batu besar yang disebut
'Mallamung Patu'. Letak dari batu tersebut sekitar satu kilometer sebelah
selatan desa Allamungeng Patue dan batu tersebut sampai sekarang tetap ada.
Persahabatan
dari ketiga raja tersebut sebagai sejarah dari desa Allamungeng Patue. Sehingga
pada tahun 1964 Allamungeng Patue resmi dijadikan suatu desa yang saat ini
meliputi tiga dusun yaitu Dusun Bunne, Dusun Sumpang Lawo dan Dusun Kawerang.
Mayarakat
Desa Allamungeng Patue memiliki sebuah motto 'Rebba Sippatokkong, Mali
Siparappe' yang artinya Dengan Semangat Gotong-royong Kita Laksanakan
Pembangunan. Motto tersebutlah yang menjadi motifasi desa yang dipimpin Andi
Murni Rumpang selaku Kepala Desa untuk terus berkembang dan meningkatkan
pembangunan desa bersama masyarakatnya.
ASAL MULA DESA
ARALLAE
Desa Arallae terletak di kecamatan Kahu, kabupaten Bone, Sula-wesi
Selatan.berbatasan langsung dengan desa Bellu di sebelah timur dan desa Labuaja di sebelah barat. Awalnya, desa ini bernama Labuaja.
Daerahnya sangat luas. Seiring berjalannya waktu, orang-orang pejabat
desa menganggap daerah ini terlalu luas untuk di pimpin oleh satu orang saja, mereka
bersepakat untuk membagi daerah ini menjadi beberapa desa. Keinginan mereka pun mereka sampaikan ke pemimpin desa itu.
Awalnya sang pemimpin menolak usulan tersebut, tapi para pejabat desa terus mendesak sang pemimpin untuk menerima
usulan mereka.pada akhirnya sang pemimpin dengan terpaksa menerima usulan mereka.
Keputusan pun sudah ditentukan. Daerah ini akan di bagi menjadi 2 daerah/desa.
Nama desa tersebut adalah desa Arallae.
Pengambilan
nama Arallae bukannya tanpa alasan. Asal mula nama desa tersebut berawal dari
ketika desa tersebut di serang hama semut merah yang dalam bahasa bugisnya
adalah Arilla. Hama tersebut sangat
meresahkan masyarakat karena mengganggu kehidupan mereka. Setelah peristiwa itu
berlalu masyarakat pun bersepakat untuk
memberi nama Arallae pada desa
mereka.
0 komentar:
Posting Komentar