Sabtu, 03 Oktober 2015

Tugas PMM "ANALISA LOGAM BERAT Cu DAN Zn PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG"

Edit Posted by with 1 comment


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang pantas penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang karena bimbingan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul " Analisa Logam Berat Cu dan Zn pada Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bandung ". Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Penyehatan Makanan dan Minuman.
Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu penulis dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.



Makassar,  Mei 2015


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Anak  usia  sekolah  adalah  investasi  bangsa  karena  mereka  adalah  generasi  penerus bangsa.  Kualitas  bangsa  di  masa  depan  ditentukan  dari  kualitas  anak-anak saat  ini.  Upaya peningkatan  kualitas  sumber  daya  manusia  harus  dilakukan  sejak  dini,  sistematis  dan berkesinambungan.  Tumbuh  berkembangnya  anak  usia  sekolah  yang  optimal  tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantiĆ­tas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang  tersebut  pemberian  nutrisi  atau  asupan  makanan  pada  anak  tidak  selalu  dapat dilaksanakan dengan sempurna (Cahyadi, 2009).
Masalah  yang  sering  kali  muncul  adalah  pemberian  makanan  yang  tidak  memenuhi kebutuhan  gizi  maupun  tidak  memerhatikan  higienitas  makanan  tersebut.  Masalah  ini  dapat berakibat  buruk,  seperti  gangguan  sistem  tubuh  anak  serta  dapat  menyebabkan  penurunan kualitas  daya  pikir  dalam  jangka  panjang.  Seringkali,  hal tersebut  luput  dari  perhatian  orang dewasa, baik akibat ketidaktahuan maupun ketidakpedulian. Saat ini, anak-anak lebih banyak mengkonsumsi  makanan  yang  sebenarnya  tidak  layak  dikonsumsi,  seperti  jajanan  di lingkungannya.  Perilaku  anak  sekolah  yang  lebih  sering  mengkonsumsi  jajanan  daripada makanan yang dibuat di rumah disebabkan oleh kegiatan anak sekolah saat ini yang lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, terutama di sekolah, dibandingkan di rumah.  Jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut FAO didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan yang dikonsumsi anak-anak, terutama di Indonesia mengandung zat-zat yang berbahaya untuk dikonsumsi karena dapat  menimbulkan  penyakit.  Zat-zat  berbahaya  ini  terdapat  pada  makanan  karena  terjadi kontaminasi. Kontaminasi pada makanan disebabkan oleh banyak hal, seperti penanganan yang tidak  tepat  saat  produksi,  penyimpanan,  penyediaan  dan  penyajian  makanan  tersebut.    Zat kontaminan  yang  dapat  mencemari  makanan  salah  satunya  adalah  unsur  logam  berat (Februhartanty). Logam  berat  umumnya  bersifat  racun  terhadap  makhluk  hidup,  walaupun  beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil. Logam dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan terakumulasikan. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, dalam jangka waktu lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia (Supriyanto, 2007).
Beberapa  logam  berat  digunakan  dalam  berbagai  keperluan  sehari-hari  dan  secara  langsung maupun  tidak  langsung  dapat  mencemari  lingkungan  dan  apabila  sudah  melebihi  batas  yang ditentukan berbahaya bagi kehidupan. Selain dari air dan tanah yang terkontaminasi buangan industri,  kontaminasi  logam  pada  makanan  juga  dapat  terjadi  akibat  kontaminasi  saat  proses pengolahan ataupun penyajian. Seperti pencemaran akibat terkena udara kendaraan bermotor di pinggir jalan pada makanan atau jajanan. Logam Cu dan Zn adalah jenis logam yang dibutuhkan oleh tubuh (Supriyanto, 2007). Oleh  karena  itu,  logam-logam  ini  diperlukan  tubuh  dalam  jumlah  tertentu.  Namun,  apabila manusia  mengkonsumsi  makanan  dengan  konsentrasi  Cu dan  Zn  yang  berlebih  maka  dapat menimbulkan  penyakit.  Tingginya  konsentrasi  Cu  dan Zn  dalam  makanan  dapat  terjadi dikarenakan adanya kontaminasi dari lingkungan. Makanan yang dijajakan oleh penjual jajanan umumnya tidak dipersiapkan secara baik dan bersih. Kebanyakan penjual jajanan mempunyai pengetahuan  yang  rendah  tentang  penanganan  pangan  yang  aman,  mereka  juga  kurang mempunyai  akses  terhadap  air  bersih  serta  fasilitas  cuci  dan  buang  sampah.  Terjadinya kontaminasi pada jajanan kaki lima dapat berupa kontaminasi baik dari bahan baku, penjamah makanan  yang  tidak  sehat,  atau  peralatan  yang  kurang  bersih,  juga  waktu  dan  temperatur penyimpanan yang tidak tepat.

B.   Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu: “seberapa besar kadar logam berat Cu dan Zn pada jajanan sekolah dasar di Kota Bandung”
C.   Tujuan
1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui kadar logam beratpada jajanan sekolah dasar di Kota Bandung
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui jajanan apa saja yang mengandung logam berat Cu dan Zn yang terdapat pada sekolah dasar di Kota Bandung
b.    Untuk mengetahui konsntrasi logam berat Cu dan Zn pada jajanan di beberapa sekolah dasar di Kota Bandung
c.    Untuk mengetahui ambang batas cemaran logam pada makanan yang ditetapkan pemerintah

D.   Manfaat Penulisan
a.    Sebagai wahana bagi peneliti untuk mengembangkan pengetahuan terutama dalam pengaplikasian Ilmu  Kesehatan Lingkungan.
b.    Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya ilmu pengetahuan utamanya di bidang kesehatan lingkungan.
c.    Sebagai bahan bacaan atau referensi bagi penulisan berikutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Pengertian Logam Berat
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Sebagai contoh, bila unsur logam besi (Fe) masuk ke dalam tubuh, meski dalam jumlah agak ber-lebihan, biasanya tidaklah menimbulkan pengaruh yang buruk terha-dap tubuh. Karena unsur besi (Fe) dibutuhkan dalam darah untuk mengikat oksigen. Sedangkan unsur logam berat baik itu logam berat beracun yang dipentingkan seperti tembaga (Cu), bila masuk kedalam tubuh dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologi tubuh. Jika yang masuk ke dalam tubuh organisme hidup adalah unsur logam berat beracun seperti hidragyrum(Hg) atau disebut juga air raksa, maka dapat dipastikan bahwa organisme tersebut akan langsung keracunan (Palar, 2004).
Istilah logam berat sebetulnya telah dipergunakan secara luas, terutama dalam perpustakaan ilmiah, sebagai suatu ilmiah yang menggambarkan bentuk dari logam tertentu. Karakteristik dari kelompok logam berat adalah sebagai berikut :
1.    Memiliki spesifikasi graviti yang sangat besar (lebih dari 4).
2.    Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur-unsur lantanida danaktinida.
3.    Mempunyai respon biokimia khas (spesifik) pada organisme hidup



Nierbor dan Richardson menggunakan istilah logam berat untuk menggantikan pengelompokan ion-ion logam ke dalam 3 kelompok biologi dan kimia (bio-kimia) pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Logam-logam yang dengan mudah mengalami reaksi kimia bila bertemu dengan unsur oksigen atau disebur juga dengan oxygen-seeking metal.
2.    Logam-logam yang dengan mudah mengalami reaksi kimia bila bertemu dengan unsur nitrogen dan atau unsur belerang (sulfur) atau disebut juga nitrogen/sulfur seeking metal.
3.    Logam antara atau logam transisi yang memiliki sifat khusus (spesifik) sebagai logam pengganti (ion pengganti) untuk logam-logam atau ion-ion logam darikelas A dan logam dari kelas B.

Bio-kimia dapat diartikan sebagai peranan kimia (unsur-unsur kimia) dalam kehidupan makhluk hidup, di antaranya adalah unsur-unsur logam. Beberapa unsur logam sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk mempertahankan kehidupannya.Sebagai contoh adalah unsur logam besi (Fe), unsur ini berkaitan dengan Hb darah membentuk haemoglobin yang berfungi sebagai pengikat oksigen (O2) dalam darah. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup. Sebagai contoh adalah logam air raksa (Hg), kadmium (Cd), timah (Pb), dan khrom (Cr). Namun demikian,meski semua logam berat dapat mengakibatkan hidup, keracunan atas makhluk hidup, sebagian dari logam-logam berat tersebut tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kebutuhan tersebut berada dalam jumlah yang sangat sedikit. Tetapi bila kebutuhan dalam jumlah yang sangat kecil itutidak terpenuhi, maka akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari setiap makhluk hidup. Karena tingkat kebutuhan sangat dipentingkan maka logam-logam tersebut juga dinamakan sebagai logam-logam atau mineral-mineral esensial tubuh. Ternyata kemudian, bila jumlah dari logam-logam esensial ini masuk ke dalam tubuh dalam jumlah berlebihan, maka akan berubah fungsi menjadi zat racun bagi tubuh. Contoh dari logam-logam berat esensial ini adalah tembaga (Cu), seng (Zn), dan nikel (Ni).
B.   Bahaya Logam Berat Pada Makanan
Logam berat berbahaya karena pada umumnya memiliki kerapatan massa tinggi dan sejumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya, contohnya merkuri atau raksa (Hg), kadmium (Cd), arsen (As), kromium (Cr), timbal (Pb). Logam berat merupakan komponen alami tanah sehingga tidak dapat didegradasi ataupun dihancurkan, dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan, air minum atau udara.

1.    Timbal (Pb)
Manusia menghirup rata-rata 0,15 microgram Pb dari udara dan meminum 15 gr timbal dari perairan. Pb dapat masuk ke peredaran darah dan sel saraf menggantikan kalsium karena sifat fisiknya yang mirip dengan kalsium. Adanya Pb dalam peredaran darah dan otak mengakibatkan gangguan fungsi jaringan dan metabolisme : sintesis hemoglobin darah, ginjal, sistem reproduksi, penyakit akut atau kronis sistem syaraf, serta gangguan fungsi paru-paru. Pb masuk ke tubuh melalui absorbsi pada sayuran dan air minum yang terkontaminasi timbal.



2.    Merkuri (Hg)
Satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu ruang, biasanya masuk ke tubuh manusia melalui pencernaan, dari ikan, kerang, udang atau perairan yang terkontaminasi. Jika berbentuk logam, umunya dapat diekskresi, sisanya menumpuk di ginjal dan sistem saraf. Bentuk meti merkuri (CH3Hg+) akan terakumulasi di otak. Karena penyerapan besar dalam waktu singkat menyebabkan kerusakan keseimbangan, tuli, dan gangguan lainnya. Hg yang terhisap akan berdampak akut atau terkumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh lainnya, menyebabkan bronkitis, sampai rusaknya paru-paru. Keracunan Hg merasakan mulutnya kebal sehingga tidak peka terhadap suhu dan rasa, hidung tidak peka bau, mudah lemah dan sering sakit kepala.

3.    Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) digunakan sebagai lapisan tahan korosi pada baja atau plastik, pewarna, alat-alat elektronik, serta baterai nikel/kadmium. Akumuasi Cd dalam waktu lama pada tubuh mengakibatkan disfungsi organ dan metabolisme. Konsentrasi tinggi menghalangi kerja paru-paru, bahkan dapat mengakibtkan kanker paru-paru, merusak tulang (osteomalacia, osteoporosis). Menghirup 20 rokok sehari setara dengan menghirup 2-45 gr kadmium.

4.    Akrilamida
Merupakan senyawa kimia berbahaya yang diduga memiliki potensi kuat sebagai pemicu kanker, pada tikus percobaan akrilamida menimbulkan tumor, merusak DNA, saraf, mengganggu tingkat kesuburan dan mengakibatkan keguguran. Akrilamida bersifat tidak berwarna, tidak bau, WHO menetapkan standar maksimum akrilamida pada air minum 0,5 mikrogram per liter. Senyawa akrilamida timbul pada makanan gorengan yang dipicu oleh proses penggorengan dengan suhu yang relatif tinggi (190 oC) menyebabkan senyawa karbohidrat terurai, sebagian ditangkap atau bereaksi dengan asam amino, senyawa penyususn protein hingga terbentuk akrilamida. 

5.    Tembaga (Cu)
Tidak seperti logam-logam Hg, Pb, dan Cd, logam tembaga (Cu) merupakan mikroelemen esensial untuk semua tanaman dan hewan, termasuk manusia. Logam Cu diperlukan oleh berbagai sistem enzim di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, Cu harus selalu ada di dalam makanan. Yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar kadar Cu di dalam tubuh tidak kekurangan dan juga tidak berlebihan. 
Kebutuhan tubuh per hari akan Cu adalah 0,05 mg/kg berat badan. Pada kadar tersebut tidak terjadi akumulasi Cu pada tubuh manusia normal. Konsumsi Cu dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan gejala-gejala yang akut.
Logam Cu yang digunakan di pabrik biasanya berbentuk organik dan anorganik. Logam tersebut digunakan di pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas, dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti alloi dengan Ag, Cd, Sn, dan Zn. 
Garam Cu banyak digunakan dalam bidang pertanian, misalnya sebagai larutan “Bordeaux” yang mengandung 1-3% CuSO4 untuk membasmi jamur pada sayur dan tumbuhan buah. Senyawa CuSO4 juga sering digunakan untuk membasmi siput sebagai inang dari parasit, cacing, dan juga mengobati penyakit kuku pada domba (Darmono, 1995). 


6.    Seng (Zn)
Seng (Zn) adalah metal yang didapat antara lain pada industri alloy, keramik, pigmen, karet, dan lain-lain. Toksisitas Zn pada hakekatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir. (Soemirat, Juli, 2002)


BAB III
METODE PENELITIAN

Sampel  jajanan  yang  diambil  dari  sekolah  dasar  di  Bandung  yang  telah  dipilih  akan diperiksa konsentrasi Cu dan Zn menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Metode Spektrofo-tometri Serapan Atom adalah metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid  yang  berdasarkan  pada  penyerapan  (absorpsi)  radiasi  oleh  atom-atom  bebas unsur tersebut.  Metode  SSA  ini  dapat  mendeteksi  67  unsur,  termasuk  Cu  dan  Zn  dalam  sampel. Keunggulan dari metode ini adalah spesifik, batas deteksi rendah, dari satu larutan yang sama dapat diukur beberapa unsur yang berbeda, rentang konsentrasi yang dapat ditentukan amat luas (sub mg/L hingga persen), dan lainnya. (Susanto)
Sebelum  dianalisa  menggunakan  metode  tersebut,  sampel-sampel  terlebih  dahulu  di preparasi.  Tahap  yang  harus  dilakukan,  yaitu  penghalusan  dan  pengeringan  (freeze  dry). Penghalusan dilakukan dengan cara menghancurkan sampel makanan menggunakan blender dan ditambahkan  air.  Sehingga  hasil  akhirnya  adalah  cairan  kental.  Kemudian  sampel  tersebut dikeringkan atau dihilangkan kandungan airnya dengan cara pendinginan atau freeze dry. Sampel akan menjadi kering seperti bubuk atau tepung. Penghalusan dan freeze  dry dilakukan untuk menghomogenkan  sampel  makanan  tersebut.  Sehingga  analisa  yang  dilakukan  dapat  lebih akurat.
Metode SAA terlebih dahulu sampel harus dilarutkan atau disebut digest. Proses pelarutan ini dapat dilakukan berkali-kali tergantung besarnya konsentrasi unsur di dalamnya. Dalam proses pelarutan ini, sampel yang telah kering dimasukan ke dalam vessel sebanyak 500 mg, setelah itu dilarutkan dengan menambahkan Asam Nitrat dan Asam Perklorat sebanyak 6.5 dan 1ml dan ditambahkan  pula  2.5 ml  aquadest.  Kemudian  sampel  dimasukkan  ke  dalam microwave  digestion untuk melarutkan semuanya. Setelah sampel menjadi larutan maka dapat diukur konsentrasi logamnya dengan alat SSA.
Dasar  analisis  menggunakan  teknik  AAS  adalah  bahwa  dengan  mengukur besarnya absorpsi oleh atom analit, maka konsentrasi analit itu dapat di tentukan. Penentuan konsentrasi analit  diperoleh  melalui  perbandingan  dengan  standar.  Pada  penelitian  ini,  teknik  AAS  yang digunakan adalah Flame AAS, yaitu cara pembentukan atom menggunakan nyala campuran gas. Campuran gas yang dipakai dalam FAAS ini adalah udara-asetilen yang mempunyai suhu nyala 1900 – 2200°C.
Cara  kerja  dari  metode  ini  adalah  dengan  membandingkan  antara  absorban  larutan sampel  dengan  larutan  standar  pembanding  untuk  memperoleh  konsentrasi  larutan  contoh tersebut. Jadi skala absorban dari AAS dikalibrasi dengan suatu deret standar  yang diketahui konsentrasinya. Hasil dari analisis dengan AAS adalah kurva kalibrasi. Dari kurva kalibrasi ini konsentrasi  analit  dari  larutan  sampel  dapat  dicari  setelah  mengukur  absorbannya.  Proses kalibrasi AAS sangat krusial karena dapat secara langsung mempengaruhi hasil analisis. Faktor yang dapat mempengaruhi proses kalibrasi AAS adalah larutan standard dan  instrument AAS. Metodologi penelitian selengkapnya dapat lihat pada Gambar 1.





Gambar 1. Metodologi Penelitian

Pengambilan sampel jajanan anak SD dilakukan di empat yang berbeda. Sekolah dipilih yang lokasinya menyebar di seluruh kota Bandung. Hal ini dilakukan untuk melihat perbedaan kandungan logam pada daerah ini, karena adanya perbedaan  aktivitas  dan  lingkungan  sekitarnya. Sampel adalah sebagai berikut :
1.    Sekolah Dasar Percobaan Negeri Setiabudi
2.    Sekolah Dasar Negeri Soka 1
3.    Sekolah Dasar Negeri Sindanglaya 2
4.    Sekolah Dasar Negeri Pelesiran
Gambar 2. Lokasi pengambilan sampel

Dari keempat sekolah ini diambil sampel jajanan yang sering dikonsumsi oleh murid sekolah tersebut. Hal ini diketahui dari kuesioner yang disebarkan sebelumnya untuk mengetahui jajanan yang paling banyak dipilih oleh murid-murid. Dari tiap sekolah dipilih lima sampai enam jenis jajanan yang paling banyak dikonsumsi. Jajanan yang dipilih baik yang dijual di luar sekolah maupun yang dijual di dalam sekolah. Namun sebagian besar jajanan yang dijadikan sampel adalam jajanan yang dijual di luar sekolah, karena jajanan inilah yang lebih sering dikonsumsi siswa selama di sekolah. Contoh jenis jajanan yang diambil sebagai sampel seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.
   



Gambar 3. Jenis jajanan yang menjadi sampel

Metode yang digunakan dalam menganalisa data laboratorium selain secara deskriptif juga dilakukan analisa statistik. Metode yang digunakan adalah metode 2n faktorial untuk menguji variansi dari data yang ada. Dengan metode ini akan dilihat pengaruh faktor-faktor yang telah ditentukan terhadap konsentrasi logam pada makanan. Terdapat tiga faktor yang dipilih, yaitu penggunaan saos, alat masak dan bahan makanan jenis umbi-umbian. Ketiga faktor ini akan dibagi menjadi dua level, yaitu low dan high.
Untuk penggunaan saos, low level adalah saat tidak digunakan dan high levelnya adalah saat digunakan. Sedangkan untuk alat masak, low level adalah saat tidak menempel langsung dengan alat masak atau terdapat perantara dan high levelnya adalah saat menempel langsung pada alat masak. Dan untuk bahan makanan dari umbi-umbian adalah high level dan selain umbi-umbian adalah low level.
Hasil akhir dari analisa ini akan dilihat apakah low level dan high level saling berpengaruh atau tidak. Selain itu dapat dilihat interaksi antar faktor yang saling berpengaruh atau tidak. Hasil hipotesa yang diterima menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara kedua level ataupun antara faktor. Sedangkan hasil hipotesa yang ditolak menunjukkan bahwa terdapat perbedaan data antar level ataupun faktor. Replikat yang digunakan dalam analisa ini berjumlah dua. Hal ini disesuaikan dengan pengukuran logam yang dilakukan sebanyak dua kali (simplo dan duplo).


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah sampel yang diambil dari keempat sekolah berjumlah 24 buah, masing-masing 6 jenis jajanan dari tiap sekolah. Dari seluruh jajanan yang telah diambil untuk dijadikan sampel dan diperiksa dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom, di dapatkan konsentrasi Cu dan Zn dalam makanan dalam berat keringnya. Untuk mendapatkan konsentrasi sebenarnya dalam makanan maka harus dicari konsentrasi logam dalam berat basahnya. Konsentrasi Cu pada sampel makanan diperlihatkan pada Tabel 1 berikut ini

Tabel 1. Konsentrasi Cu dalam jajanan
SD
Jajanan
Konsentrasi Cu dlm berat basah (mg/kg)
Batas Max (mg/kg
SDPN Setiabudi
Bakwan
0,29
10
Martabak
0,30
10
Kentang
4,11
10
Creepes
0,39
10
Mie
0,46
10
Cakwe
0,31
10
Rata-rata
0,98

SDN Sindanglaya 2
Telur
0,46
30
Cireng
1,53
10
Cilok
0,26
10
Cakwe
0,16
10
Baso tahu
0,56
10
Rata-rata
0,59

SDN Pelesiran
Batagor
1,43
10
Agar
0,00
2
Pisang
0,89
5
Cakwe
0,99
10
Sosis
0,53
20
Telur
0,79
30
Rata-rata
0,77

SDN Soka
Bacil
0,35
10
Lumpia basah
0,48
5
Mie
0,26
10
Cimol
0,09
10
Kue
0,87
10
Chiki
0,57
30
Biting
1,93
30
Rata-rata
0,65


Seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas, konsentrasi Cu yang terdapat dalam jajanan memiliki konsentrasi yang rendah. Hanya pada jenis jajanan kentang dan cireng konsentrasi Cu cukup tinggi, walaupun masih di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Baku mutu Cu di dalam makanan berbeda untuk tiap jenisnya. Dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Pemeriksa Obat dan Makanan No 03725/B/SK/VII/89 tentang Batasan Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan, jenis makanan dibagi menjadi buah, daging, sayuran, tepung, dan lainnya. Untuk pemeriksaan jajanan ini, acuan baku mutu yang diambil adalah bahan makanan yang memiliki kuantitas terbanyak dalam makanan tersebut. Contohnya batagor yang lebih dominan terbuat dari tepung. Oleh karena itu batas maksimum memiliki nilai-nilai yang berbeda.
Dari rata-rata konsentrasi Cu di tiap sekolah, didapatkan hasil bahwa rata-rata terbesar konsentrasi Cu terdapat di Sekolah Dasar Percobaan Negeri Setiabudi, yaitu sebesar 0.98 mg/kg. Hal ini diakibatkan nilai konsentrasi Cu pada kentang yang besar. Besarnya konsentrasi Cu ini dapat diakibatkan karena penggunaan alat masak yang berbahan Cu yang mudah mengelupas. Kualitas alat masak para penjual makanan di pinggir jalan pada umumnya tidak baik. Penjual makanan memilih peralatan masak yang murah namun mudah terkelupas. Akibatnya mengkontaminasi makanan yang diolah menggunakan alat masak tersebut. Berdasarkan pengamatan pada saat pengambilan sampel, keadaan wajan yang digunakan sebagian besar penjaja makanan dalam keadaan tidak baik atau telah mengelupas.
Besarnya konsentrasi Cu dalam kentang juga dapat disebabkan karena kentang merupakan jenis umbi-umbian, yaitu tanaman yang dimanfaatkan bagian akarnya. Sedangkan logam Cu pada tanaman akan terkonsentrasi pada bagian akar. Oleh karena itu, konsentrasi logam Cu pada kentang cenderung besar dibandingkan jajanan yang lainnya. Selain faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya, Cu juga dapat masuk ke dalam makanan melalui air yang digunakan untuk memasak. Air dapat mengandung Cu apabila terkontaminasi pipa yang telah lapuk yang dilewati air tersebut. Sehingga Cu yang menjadi bahan dasar pipa tersebut terkandung dalam air dan kemudian digunakan untuk memasak jajanan tersebut.
Selain SDPN Setiabudi, SDN Pelesiran memiliki rata-rata konsentrasi Cu yang besar dan lebih merata. Hal ini dapat disebabkan oleh sedang adanya pembangunan sekolah. Sehingga banyak debu dan partikulat yang berterbangan di sekitar lokasi penjualan jajanan. Debu dan
partikulat ini dapat mengkontaminasi jajanan dengan logam berat. Oleh karena itu, konsentrasi Cu jajanan di SD Pelesiran cenderung besar dan merata pada tiap jenis jajanan.
Paparan Cu dalam waktu lama bisa menimbulkan gejala seperti iritasi pada hidung, tenggorokan, mulut dan mata, sakit kepala, sakit lambung, kehilangan keseimbangan, mual, muntah dan diare. Paparan Cu dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, bahkan menyebabkan kematian. Belum ada bukti ilmiah bahwa Cu bersifat karsinogenik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama paparan dan tingginya dosis Cu bisa menurunkan tingkat intelegensia anak-anak dalam masa pertumbuhan, batuk-batuk, dan pendarahan hidung. Cu juga dapat menimbulkan alergi pada kulit. Paparan Cu berulang bisa menyebabkan penebalan pada kulit serta menimbulkan warna kehijauan pada kulit dan rambut sehingga menyebabkan iritasi hidung.
Selain pengukuran konsentrasi Cu, diukur pula logam Zn dalam jajanan tersebut dan didapatkan data sebagai berikut (Tabel 2):

Tabel 2. Kadar unsur Zn dalam sampel makanan
SD
Jajanan
Konsentrasi Cu dlm berat basah (mg/kg)
Batas Max (mg/kg
SDPN Setiabudi
Bakwan
7,23
40
Martabak
7,57
40
Kentang
14,29
40
Creepes
6,45
40
Mie
11,69
40
Cakwe
8,06
40
Rata-rata
9,22

SDN Sindanglaya 2
Telur
10,82
40
Cireng
9,48
40
Cilok
1,76
40
Cakwe
4,45
40
Baso tahu
2,96
40
Rata-rata
5,90

SDN Pelesiran
Batagor
15,01
40
Agar
2,92
40
Pisang
2,54
40
Cakwe
22,30
40
Sosis
11,30
40
Telur
12,53
40
Rata-rata
11,10

SDN Soka
Bacil
2,09
40
Lumpia basah
3,53
40
Mie
6,32
40
Cimol
0,75
40
Kue
12,29
40
Chiki
8,66
40
Biting
22,43
40
Rata-rata
8,01


Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Pemeriksa Obat dan Makanan No 03725/B/SK/VII/89 tentang Batasan Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan, batas maksimum cemaran logam Zn dalam makanan adalah sebesar 40 mg/kg. Zn terdapat disetiap
makanan yang dikonsumsi manusia, karena Zn merupakan salah satu logam yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme. Namun, seperti logam lainnya, dosis Zn yang dibutuhkan manusia kecil. Apabila kelebihan mengkonsumsi Zn akan menimbulkan keracunan.
Dari data pengukuran jenis jajanan biting memiliki konsentrasi paling besar, yaitu sebesar 22.43 mg/kg. Walaupun tidak melewati batas maksimum cemaran logam dalam makanan yang ditetapkan pemerintah, namun konsentrasi Zn dalam makanan ini cukup tinggi dibandingkan jajanan yang lainnya. Apabila dilihat rata-rata konsentrasi Zn yang terdapat pada makanan di tiap sekolah, nilai rata-rata tertinggi terdapat pada SD Pelesiran. Selain Zn, pada pengukuran Cu, konsentrasi rata-ratanya pun cenderung besar. Hal ini dapat diakibatkan karena penggunaan peralatan makanan yang mengandung Zn dan dalam kondisi yang tidak baik. Sehingga mengkontaminasi makanan yang dimasak menggunakan alat masak tersebut. Seperti yang disebutkan literatur, kontaminasi akibat peralatan masak lebih mungkin terjadi dibandingkan
memakan langsung Zn yang terdapat di dalam makanan. Selain itu karena adanya pembangunan sekolah yang menghasilkan debu dan partikulat yang mencemari jajanan.
SDPN Setiabudi juga memiliki rata-rata konsentrasi Zn yang besar. Selain kentang, mie juga menyebabkan rata-rata konsentrasi menjadi besar. Besarnya konsentrasi Zn dan Cu pada kentang menunjukkan bahwa bahan makanan dari umbi-umbian lebih banyak mengandung logam. Karena umbi atau pada tanaman lain disebut akar, menyerap logam dari tanah dan menumpuk pada bagian itu. Oleh karena itu, konsentrasi logam pada kentang cenderung besar.
Logam Zn sebenarnya tidak toksik, tetapi dalam keadaan sebagai ion, Zn bebas memiliki toksisitas tinggi. Konsumsi Zn berlebih mampu mengakibatkan defisiensi mineral lain. Toksisitas Zn bisa bersifat akut dan kronis. Gejala toksisitas akut bisa berupa sakit lambung, diare, mual dan muntah. Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat menimbulkan gejala muntaber. Gangguan kesehatan lain yang ditimbulkan adalah borok lambung, stomatitis dan letargia. Toksisitas Zn jarang terjadi karena konsumsi Zn, karena gangguan alat pencernaan dan
diare yang diakibatkan oleh minuman atau makanan yang terkontaminasi peralatan yang dilapisi Zn.
Untuk melihat faktor apakah yang lebih mempengaruhi kontaminasi logam Cu dan Zn pada jajanan tersebut, dilakukan analisa statistik 2n faktorial. Faktor yang dianggap dapat mempengaruhi kontaminasi logam terhadap makanan adalah penambahan saos, penggunaan alat masak, dan jenis bahan baku makanan jenis umbi-umbian. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan logam Cu dan Zn masuk ke dalam makanan. Dari hasil analisa statistik 2n faktorial di dapatkan kesimpulan sebagai berikut (Tabel 3 dan Tabel 4).
Tabel 3. Hasil analisis logam Cu dengan metode 2n factorial
Sumber Variasi
F-Hitung
f tabel (p=5%)
Hipotesis
Replikat
0,0295
5,59
diterima
Efek Utama



Penggunaan Saos (A)
1903,95
5,59
ditolak
Alat Masak (B)
1514,03
5,59
ditolak
Umbi-umbian (C)
2004,54
5,59
ditolak
Interaksi 2 Faktor



AB
5,818
5,59
ditolak
AC
60,42
5,59
ditolak
BC
840,68
5,59
ditolak
Interaksi 3 Faktor



ABC
2400,59
5,59
ditolak
Error
1
5,59
diterima
Total



a.    Pada dua kali pemeriksaan sampel (simplo dan duplo), data yang didapatkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap sampel menggunakan SSA akurat.
b.    Penggunaan saos pada jajanan mempengaruhi konsentrasi Cu di dalam jajanan tersebut. Jajanan yang ditambahkan saos memiliki konsentrasi logam lebih tinggi dibandingkan jajanan yang tidak ditambahkan saos.
c.    Penggunaan alat masak mempengaruhi konsentrasi Cu dalam jajanan. Jajanan yang bersentuhan langsung dengan alat masak memiliki konsentrasi yang lebih tinggi.
d.    Bahan makanan dari umbi-umbian, memilki konsentrasi Cu yang lebih tinggi dibandingkan yang bukan umbi-umbian. Interaksi antara penggunaan saos dan pemasakan makanan yang langsung menempel pada alat masak memiliki pengaruh terhadap konsentrasi Cu pada jajanan.
e.    Interaksi antara penggunaan saos dan penggunaan bahan makanan dari umbi-umbian memberikan pengaruh terhadap konsentrasi Cu pada jajanan.
f.     Interaksi antara pemasakan makanan yang menempel pada alat masak dan penggunaan bahan makanan dari umbi-umbian memberikan pengaruh terhadap konsentrasi Cu pada jajanan.
g.    Ketiga interaksi antara penggunaan saos, pemasakan makanan yang langsung menempel pada alat masak, dan penggunaan bahan makanan dari umbi-umbian memiliki pengaruh terhadap konsentrasi Cu pada jajanan. Hal ini membuktikan bahwa ketiga faktor inilah yang dapat mempengaruhi suatu jajanan terkontaminasi logam Cu.



Tabel 4. Hasil analisis logam Zn dengan metode 2n faktorial
Sumber Variasi
F-Hitung
f tabel (p=5%)
Hipotesis
Replikat
4,348
5,59
diterima
Efek Utama



Penggunaan Saos (A)
166,20
5,59
ditolak
Alat Masak (B)
3,02
5,59
diterima
Umbi-umbian (C)
2302,19
5,59
ditolak
Interaksi 2 Faktor



AB
73,12
5,59
ditolak
AC
266,99
5,59
ditolak
BC
461,65
5,59
ditolak
Interaksi 3 Faktor



ABC
26,047
5,59
ditolak
Error
1
5,59
diterima
Total




a.    Pada dua kali pemeriksaan sampel (simplo dan duplo), data yang didapatkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap sampel menggunakan SSA akurat.
b.    Penggunaan saos pada jajanan mempengaruhi konsentrasi Zn di dalam jajanan tersebut. Jajanan yang ditambahkan saos memiliki konsentrasi logam lebih tinggi dibandingkan jajanan yang tidak ditambahkan saos.
c.    Penggunaan alat masak tidak mempengaruhi konsentrasi Zn dalam jajanan. Jajanan yang bersentuhan langsung dengan alat masak dan yang tidak bersentuhan langsung memiliki konsentrasi yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa Zn dapat mengkontaminasi makanan walaupun tidak bersentuhan langsung dengan alat masak, seperti melalui minyak atau air.
d.    Bahan makanan dari umbi-umbian, memilki konsentrasi Zn yang lebih tinggi dibandingkan yang bukan umbi-umbian.
e.    Interaksi antara penggunaan saos dan pemasakan makanan yang langsung menempel pada alat masak memiliki pengaruh terhadap konsentrasi Zn pada jajanan.
f.     Interaksi antara penggunaan saos dan penggunaan bahan makanan dari umbi-umbian memberikan pengaruh terhadap konsentrasi Zn pada jajanan.
g.    Interaksi antara pemasakan makanan yang menempel pada alat masak dan penggunaan bahan makanan dari umbi-umbian memberikan pengaruh terhadap konsentrasi Zn pada jajanan.
h.    Ketiga interaksi antara penggunaan saos, pemasakan makanan yang langsung menempel pada alat masak, dan penggunaan bahan makanan dari umbi-umbian memiliki pengaruh terhadap konsentrasi Zn pada jajanan.
Dari analisa menggunakan metode 2n faktorial didapatkan hasil bahwa kontaminasi Cu dan Zn dalam jajanan dipengaruhi oleh penggunaan saos, alat masak, dan jenis bahan makanan dari umbi-umbian. Walaupun dari hasil pengukuran tidak ada logam yang melewati baku mutu yang ditetapkan, namun tetap terjadi kontaminasi logam yang disebabkan banyak faktor, termasuk penggunaan saos, alat masak, dan jenis bahan makanannya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan oleh para konsumen dan juga penjual dalam mengkonsumsi atau mengolah makanan, agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat merugikan konsumen, terutama anak-anak dalam penelitian ini.

BAB V
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Dari hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa semua jajanan memiliki kandungan Cu yang kecil, di bawah ambang batas cemaran logam yang ditetapkan pemerintah. Walaupun kentang dan cireng memiliki konsentrasi yang cukup besar dibandingkan dengan jajanan lainnya, namun tetap masih di bawah ambang batas yang ada. Sedangkan untuk Zn, konsentrasi untuk dibeberapa jajanan lebih besar, seperti pada cakwe, kentang, batagor, kue, dan telur, yang berada di atas 10 mg/kg. Namun, jajanan ini masih aman karena konsentrasinya di bawah ambang batas yang ditetapkan pemerintah. Penggunaan saos, alat masak dan bahan makanan dari umbi-umbian mempengaruhi konsentrasi Cu dan Zn dalam makanan.

B.   Saran
1.    Untuk meminimalisir resiko keracunan makanan akibat logam berat diharapkan kepada masyarakat terkhususnya para orang tua agar dapat mengawasi jajanan yang dikonsumsi oleh anaknya terutama anak yang masih duduk di sekolah dasar. Ada baiknya jika orang tua menyiapkan bekal makanan kepada anak agar tidak perlu mengkonsumsi jajanan di sekolah yang belum terjamin keamanan-nya
2.    Diharapkan kepada pemerintah melalui badan-badan pengawasan makanan dan minuman untuk mengawasi ataupun menindak para pedagang yang menjual makanan dan minuman yang tidak layak konsumsi agar tidak terjadi kasus keracunan seperti yang marak terjadi di negara kita.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim,         (2014). “Makalah Logam Berat”.https://www.scribd.com/doc/-112694979/makalah-1-logam-berat (diakses tanggal 25 Mei 2015)
Helmy,           (2009). “Bahaya Logam Berat pada Bahan Pangan”.http://-helmyinfo.blogspot.com/2009/02/bahaya-logam-berat-pada-bahan-pangan.html (diakses tanggal 25 Mei 2015)
Anonim,         (2008). “Bahaya Logam Berat pada Makanan”.http://edu-kasi.kompas.com/read/2008/09/21/11254074/Bahaya.Logam.Berat.dalam.Makanan (diakses tanggal 25 Mei 2015)

Anonim,         (2012). “Limbah Logam Berat”.http://www.artikelbagus.com-/2012/01/limbah-logam-berat.html (diakses tanggal 25 Mei 2015)

1 komentar: